Sabtu, 11 Mei 2013

Soal Pramuka Penggalang - Simpul (Knotting)


Simpul (Knotting)
1.      Simpul yang baik adalah simpul yang....
2.      Overhand knot adalah....
3.      Simpulan tali terdiri dari 4 bagian/sambungan, yaitu....
4.      Untuk menyambung dua utas tali yang tidak sama besar dalam keadaan kering merupakan fungsi dari simpul....
5.      Simpul nelayan/simpul kembar gunanya untuk....
6.      Simpul untuk mengikat leher hewan adalah....
7.      Simpul yang digunakan untuk turan ke jurang/lembah/pohon tinggi adalah....
8.      Mengikat 2 buah tongkat/tiang yang posisinya berpalang 90° adalah kegunaan dari ikatan
9.      Tipe tali kernmantel merupakan tali yang....
10.  Jalinannya terdiri dari 3 tali yang lebih kecil yang dianyam, jika satu terurai maka yang lainnya ikut terurai. Merupakan tipe tali....
11.  Reef knot adalah simpul....
12.  Sheet bend adalah....
13.  Simpul nelayan disebut juga....
14.  Bowline on-the-bight adalah....
15.  Lasso adalah....

Soal Pramuka Penggalang - Pengetahuan Pramuka


Pengetahuan Pramuka
1.    Apa judul buku yang ditulis BP untuk meningkatkan kualitas para penegak ?
2.      Siapakah yang memberi tanah untuk dijadikan  taman tempat bermain dan berlatih ?
3.      Apa nama taman yang BP buat ?
4.      Patung apakah yang sering dinaiki para pandu untuk bermain di gilwell park ?
5.      Dimanakah kantor pusat biro kepanduan dunia ?
6.      Apa nama kepanduan saat masa hindia belanda ?
7.      Apa kepanjangan NIPV ?
8.      Peristiwa apakah yang menjiwai majunya gerakan pramuka ?
9.      Organisasi apa yang menjadi latar belakang gerakan pramuka ?
10.  Kapan boedi oetomo didirikan ?
11.  Kapan peristiwa sumpah pemuda ?
12. Siapakah yang mencetuskan nama pandu atau kepanduan ?
13. Di kota manakah KH. Agus Salim mencetuskan nama kepanduan ?
14. Kepres no. berapakah tentang gerakan pramuka ?
15. Siapa yang menadatangani kepres tersebut ?
16. Apa judul lagu perang pandu yang sering dinyayikan suku zulu ?
17. Sebutkan tanda pengenal dalam pramuka !
18. TKK mempunyai 3 tingkatan, yaitu....
19. Pertemuan atau pesta untuk pramuka siaga disebut....
20. Sebutkan pertemuan untuk penggalang !

Soal Pramuka Penggalang - P3K


P3K
1) Amoniak Lequida adalah obat untuk ? 
2) Tablet Norit adalah obat untuk ?
3) Apa warna etiket untuk obat dalam ?
4) Apa yang dimaksud patah tulang tertutup ?
5) Apa nama lain dari P3K ?
6) Apa kepanjangan dari P3K ?
7) Apa tujuan P3K ?
8) Tujuan dari pembidaian ?
9) Sebutkan syarat-syarat bidai !
10) Apa yang dimaksud dengan keracunan ?
11) Sebutkan macam-macam metode pernapasan buatan ?
12) Apa yang menjadi penyebab gangguan umum ?
13) Apa yang dimaksud dengan mati suri ?
14) Penyakit malaria disebabkan oleh ?
15) Apa yang dimaksud dengan imunisasi ?
16) Penyakit demam berdarah menular melalui ?
17) Apa penyebab penyakit kolera ?
18) Penyakit flu disebabkan oleh ?
19) Penyakit flu burung disebabkan oleh ?
20) Apa yang dimaksud dengan polio ?
21) Kekurangan vitamin disebut ?
22) Apa kepanjangan dari PMI ?
23) Apa gunanya daun sirih ?
24) Apa istilah lain dari metode pijitan dalam pengobatan ?
25) Pabrik yang memproduksi obat ?
26) Sebutkan jenis-jenis imunisasi ?
27) Apa nama tempat untuk penderita TBC ?
28) Kepanjangan dari apa BKKBN ?
29) Apa kepanjangan dari PIN ?
30) Apa kepanjangan dari TCD ?

Kamis, 02 Mei 2013

Makalah Bela Negara


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Zaman semakin berkembang dengan pesat, teknologi pun semakin berkembang. Begitu juga dengan ilmu pengetahuan. Namun, nilai-nilai kebangsaan dan kepahlawanan dalam NKRI semakin luntur. Dahulu nilai-nilai kebangsaan sangatlah dihargai oleh warga masyarakatnya. Dan generasi mudanya pun berlomba-lomba untuk mengharumkan nama bangsa.  Namun saat ini, generasi muda tampaknya lebih asik dengan teknologi yang mereka punya. Contohnya, mereka lebih senang lagu-lagu yang menjadi trend saat ini, dibandingkan lagu-lagu perjuangan. Dan lebih mengetahui nama-nama artis baik dalam maupun luar negeri, daripada nama pahlawan yang dahulu memperjuangkan kemerdekaan negara Indonesia. Tapi Penulis mengharapkan, generasi muda NKRI kedepannya akan lebih dan lebih menghargai bangsa dan dapat mengetahui kisah-kisah para pahlawan ataupun sekedar mengetahui nama-nama pahlawan.


B.     Tujuan
Penulisan makalah  ini dilakukan untuk  memenuhi salah satu tugas dalam kegiatan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara di Kabupaten Bandung.


C.     Sistematika Penulisan
BAB I  PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
b.      Tujuan
c.       Sistematika Penulisan
 BAB II  KAJIAN PUSTAKA
1.      KEPERINTISAN
a.       Definisi
b.      Contoh Keperintisan
2.      KEBANGSAAN
a.       Definisi
b.      Nilai Kebangsaan
c.       Contoh Kebangsaan
3.      KEPAHLAWANAN
a.       Definisi
b.      Ciri-ciri Kepahlawanan
c.       Contoh Kepahlawanan
d.      3 Tokoh Pahlawan Nasional
4.      Lambang Negara
BAB III  PENUTUP
1.    Kesimpulan
2.    Saran

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1.      KEPERINTISAN

A.       DEFINISI
Sebetulnya ada istilah lain yang lebih mengena untuk saat sekarang ini yang dapat dihubungkan unsur kepahlawanan adalah istilah pelopor. Istilah pelopor dapat diartikan secara bebas, orang-orang yang mampu berada digaris depan, pembuka jalan, dan sebagai perintis untuk mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan.  Dalam konsep pelopor ini terdapat nilai keperintisan. Artinya ada muatan makna bahwa orang yang dianggap sebagai pelopor adalah mereka yang berjalan memimpin terde-pan, melakukan rintisan sekaligus sebagai pembuka jalan. Konsep ini dapat berarti lebih luas, tidak saja dalam aspek kemiliteran tetapi dapat merambah ke dunia ide. Orang-orang yang melontarkan ide paling awal, menciptakan sesuatu produk budaya, ekonomi, dan bahkan juga hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam berbicara kepahlawanan, tidak lepas dari berbicara masalah kepeloporan dan keperintisan tersebut, karena kepeloporan dan keperintisan juga memiliki muatan sikap perjuangan yang rela berkorban, berani, penuh unsur kepemimpinan. Oleh se-bab itu unsur-unsur kepeloporan, keperintisan, dan kejuangan, semuanya merupakan bagian dari unsur kepahlawanan.

B.       CONTOH KEPERINTISAN
-          Budi Oetomo sebagai perintis Kemerdekaan bangsa Indonesia.
-          B.J. Habibie merintis membuat pesawat terbang di Indonesia.

2.      KEBANGSAAN

A.       DEFINISI
Bangsa secara umum dapat diartikan sebagai “Kesatuan orang-orang yang sama asal keturunan, adat, agama, dan historisnya”. Bangsa adalah sekelompok besar manusia yang memiliki cita-cita moral dan hukun yang terikat menjadi satu karena keinginan dan pengalaman sejarah di masa lalu serta mendiami wilayah suatu Negara.

B.            NILAI KEBANGSAAN
            Sebagai ideologi nasional, nilai-nilai kebangsaan melandasi pandangan (cara pandang) atau falsafah hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai kebangsaan tersebut mewujud dalam realita kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk (pluralistik) yang menjadi kesepakatan dalam membangun kebersamaan. Sebagai ideologi, nilai-nilai kebangsaan tersebut menjadi etika dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta sekaligus menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia.
  Sebagai jati diri bangsa, nilai-nilai kebangsaan tersebut berwujud menjadi sikap dan peri laku yang nampak pada atau ditunjukkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Misalnya, bagaimana seorang bangsa Indonesia harus bersikap dan berperilaku dalam kebersamaan sebagai anggota masyarakat, bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku dalam kebersamaan sebagai komponen bangsa, serta bagaimana ia harus bersikap dan berperi laku dalam kebersamaan sebagai warga negara Indonesia.
  Nilai-nilai kebangsaan tersebut sebagai sistem nilai yang bersumber dari dan mengakar dalam budaya bangsa Indonesia itu telah disepakati dinamakan Pancasila.

C.              CONTOH KEBANGSAAN
-        Merasa bangga menjadi bangsa Indonesia
-        Menggunakan dan mencintai produk dalam negeri
-        Bangga membela kehormatan negara

3.      KEPAHLAWANAN
A.    DEFINISI
Berdasarkan Kamus Besar bahasa Indonesia, Kepahlawanan adalah perihal sifat pahlawan (seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan)



B.     CIRI-CIRI KEPAHLAWANAN
a. Berani
Contohnya, keberanian dari Kapitan Pattimura melawan penjajah Belanda. Dalam setiap usaha dan perjuangan kita harus berani menghadapi segala tantangan dan rintangan. Seorang pejuang bukanlah seorang yang penakut. Karena kita memperjuangkan kebenaran dan kebaikan, kita tidak boleh takut.
b. Tangguh
Tangguh artinya berjuang tanpa henti, tidak mudah goyah atau tidak mudah terpengaruh. Seorang pejuang akan terus berjuang sebelum cita-citanya tercapai. Agar memiliki ketangguhan kita harus memiliki rasa percaya diri, sabar dan teguh pendirian. Kapitan Pattimura merupakan seorang yang tangguh. Ini terlihat dari sikap Kapitan Pattimura yang tidak mau dibujuk untuk bekerja sama dengan Belanda.
c. Bersemangat untuk maju
Setiap orang mempunyai keinginan untuk hidup lebih baik. Keinginan tersebut harus diikuti dengan semangat dan usaha yang sungguh-sungguh. Tanpa semangat dan kesungguhan, maka apa yang diinginkan tidak akan tercapai.
d. Ikhlas
Seorang pahlawan sejati akan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih. Ikhlas artinya tidak mengharapkan imbalan. Suatu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas maka akan mendatangkan hasil yang baik pula. Namun sebaliknya suatu kebaikan yang dilandasi dengan pamrih tertentu, justru bisa mendatangkan suatu keburukan.
e. Rela berkorban
Dalam setiap perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan ini bisa berupa pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa. Sikap rela berkorban telah ditunjukkan oleh Kapitan Pattimura. Ia rela dihukum gantung oleh Belanda demi memperjuangkan cita-cita rakyat Maluku.

C.     CONTOH KEPAHLAWANAN
1.      Berani bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan
2.      Pantang putus asa dalam menanggulangi kesukaran
3.      Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

3 TOKOH PAHLAWAN NASIONAL

1.    Laksamana Laut Martadinata
Description: http://www.tnial.mil.id/Portals/0/Biografi/Laksamana%20Laut%20R.E.%20Martadinata.jpg
R.E. Martadinata dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1921 di Bandung dari pasangan Raden Ruchijat Martadinata dengan Raden Soehaeni. Mengenyam pendidikan di bangku sekolah diawali dengan masuk Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Lahat (1927-1934) di­lanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs bagian B (MULO-B) Bandung (1934- 1938) dan Algemene Middelbare School (AMS) Jakarta (1938-1941). Keinginan untuk melanjutkan sekolah setinggi-tingginya dilakukan dengan masuk pendidikan tinggi Zeevaart Technische School Jakarta pada tahun 1942 tetapi tidak sampai tamat karena masuknya tentara Jepang. Pada tahun 1943, pemerintah pendudukan Jepang membuka kesempatan bagi para pemuda pribumi untuk masuk Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT). R.E. Martadinata berhasil menyelesaikan dengan nilai terbaik sehingga ia diangkat menjadi Guru SPT Jakarta. Disela-sela mengajarkan ilmu kelautan kepada murid-murid­nya, R.E. Martadinata juga menanamkan jiwa nasionalisme dengan semboyan “ Kuasailah Lautanmu”. Semboyan tersebut merupakan ungkapan semangat dari sanubari yang paling dalam dari anak pribumi karena selama berabad-abad lautan Indonesia dikuasai oleh bangsa asing. Masih dalam lingkungan SPT, ia diberi kepercayaan untuk me­mimpin kapal latih Dai-28 Sakura Maru pada tanggal 1 Nopember 1944. Dengan bekal keahliannya dalam ilmu pelayaran, R.E. Martadinata bersama-sama den­gan para pemuda lulusan SPT, para pelaut dari Jawatan Pelayaran Jawa Unko Kaisya ikut aktif membantu per­siapan kemerdekaan. Para pemuda dan pelaut dengan semangat nasionalisme yang tinggi ini bergabung dan membentuk “Barisan Banteng Laut” dipimpin R.E. Martadinata yang bermarkas di Penjaringan Jakarta. Kesatuan laskar Barisan Banteng Laut ini merupakan bagian penting dalam perjuangan untuk merebut ke­merdekaan. Menjelang proklamasi 17 Agustus 1945, kelompok bahariawan ini berhasil meng-hubungi Bung Karno dan Bung Hatta untuk berdiskusi dan menyam­paikan informasi dalam rangka membantu persiapan proklamasi.
Setelah proklamasi dikumandangkan, kewajiban setiap rakyat Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan dengan seluruh jiwa dan raganya. Para pemuda pelaut di bawah pimpinan R.E. Martadinata melucuti senjata tentara Jepang, merebut kapal-kapal milik Jawatan Pelayaran Jawa Unko Kaisya, menguasai pelabu­han penting dan menduduki gedung-gedung dan kan­tor milik pendudukan Jepang. Tanggal 10 September 1945, para tokoh pelaut mendirikan Badan Keamanan Rakyat Laut Pusat (cikal bakal TNI AL) dipimpin M. Pardi yang bermarkas di Jl. Budi Utomo Jakarta Pusat. R.E. Martadinata bersama dengan Adam menjadi staf pembantu didukung oleh Darjaatmaka, R. Surjadi dan Oentoro Koesmardjo.
Dunia pendidikan selalu dekat dengan perjuang-annya yaitu ketika diangkat menjadi komandan Latihan Opsir Kilat ALRI di Kalibakung. Ketika meletus Agresi Militer pertama Belanda, ia bersama-sama dengan para siswa terjun ke medan pertempuran dan bergerilya menghadapi Belanda di sektor Tegal dan Pekalongan. Usai bertempur, ia ditunjuk untuk membuka pendidikan perwira Basic Operation School di Sarangan sebagai kelanjutan pendidikan di Kalibakung. Sejak tanggal 1 Desember 1948, R.E. Martadinata mendampingi KSAL R. Soebijakto membentuk Angkatan Laut Daerah Aceh (ALDA) untuk mengorganisir armada penyelundup, Training Station Serang Jaya dan kebutuhan logistik.
Setelah pengakuan kemerdekaan, Belanda menyerahkan dua korvet kepada pemerintah RI dan R.E. Martadinata menjadi salah satu komandan kapal yang diberi nama RI Hang Tuah yang pernah ikut menumpas pemberontakan Andi Aziz di Makassar. Perjalanan karirnya terus menanjak dan dipercaya menjadi Ko-mandan Kesatuan ALRI di Italia (Kalita) untuk mengawasi pembuatan dua kapal korvet dan dua kapal fregat. Puncak karir di ALRI ketika diangkat menjadi KSAL pada tanggal 17 Juli 1959 dan saat itu dilakukan perubahan dengan program “Menuju Angkatan Laut yang Jaya” dengan bertitik tolak pada konsepsi Wawasan Nusantara. Membangun Angkatan Laut yang kuat perlu penataan kekuatan Armada dan operasi yang didukung dengan pendirian darat. Armada Angkatan Laut menjadi bertambah kuat dengan pengadaan kapal perang, pesawat udara, pasukan komando dan peralatannya serta pendirian fasilitas pangkalan secara moderen sehingga pada tanggal 5 Desember 1959 lahirlah Armada Republik Indonesia yang menjadi kekuatan terbesar di Asia Tenggara dan menjadi kebanggaan rakyat.
Pengabdian kepada bangsa dan negara dilanjutkan ketika diangkat menjadi Duta Besar dan Berkuasa Penuh di Pakistan pada tanggal 1 September 1966. Pada saat peringatan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1966, ia datang ke Jakarta untuk menerima kenaikan pangkat menjadi Laksamana di Istana Negara. Tanggal 6 Oktober 1966, R.E. Martadinata mengajak koleganya dari Pakistan Kolonel Syed Mazhar Ahmed dan istrinya Begum Salma serta Magda Elizabeth Mari Rauf ke Puncak menggunakan helikopter jenis Alloute A IV 422 yang dipiloti Letnan Willy. Kembali dari Puncak menuju Jakarta, R.E. Martadinata mengambil alih kemudi pesawat dan menerbangkan sendiri bersama tamunya. Tetapi naas, saat melewati Puncak Pass tiba-tiba cuaca buruk dan pesawat heli menabrak tebing batu dan meledak mengakibatkan gugurnya R.E. Martadinata dan seluruh penumpangnya. Jenazahnya dimakamkan di Kalibata dengan inspektur upacara Jenderal TNI Soeharto. Pemerintah menghargai jasa-jasa dan perjuangannya serta mengangkat Laksamana TNI R.E. Martadinata sebagai Pahlawan Nasional melalui Skep Presiden tanggal 7 Oktober 1966.















2.    I GUSTI KETUT JELANTIK
Description: http://dc300.4shared.com/img/oSZ3Cqh_/s7/1828-1849_i_gusti_ketut_jelant.jpg
Pada masa itu, di Bali terdapat Hukum hak Tawan Karam yaitu suatu hak bagi kerajaan yang dapat menyita dan menguasai kapal-kapal yang terdampar di sepanjang Pantai Pulau Bali. Banyak Kapal-kapal milik Belanda yang terkena hukum ini sehingga Belanda merasa amat dirugikan karena adanya hukum ini.
Tahun 1843 Belanda memaksa raja-raja di bali untuk menghapuskan hukum hak Tawan Karang. namun beberapa tahun kemudian, Raja Buleleng tetap merampas kapal milik Belanda yang karam di perairannya. Hal inilah yang memicu peperangan antara Belanda dan Kerajaan Buleleng. Peperangan ini bahkan akhirnya menyebar hingga ke seluruh Bali.
I Gusti Ketut Jelantik adalah Patih Agung kerajaan Buleleng yang amat membenci belanda. Tanggal 27 Juni 1846, Belanda menyerang Kerajaan buleleng dan berhasil menduduki Istana Buleleng. Raja Buleleng dan Patih Jelantik kemudian mundur ke Jagaraga.
Pada tahun 1849, Belanda kembali menyerang Jagaraga. Tanggal 16 April 1849, Belanda berhasil menguasai Jagaraga. Belanda terus dan terus mengejar Patih Jelantik dan pasukannya dan pada pertempurandi Perbukitan Bale Pundak, Patih Jelantik gugur.
I Gusti Ketut Jelantik dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No 077/TK/1993.


3.    RADIN INTEN II

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6qtah_17y3TCBdxL9_8JUWWTEEaCRxbMpEtof0rhAAFUpscqGr6Kd_c4WBTvFthDa-vn_JQK0N-smC2rxr8VHI8H12JPMBIPXoxv3AVHi5bfOZEi4temRhLU2WQVcXpDzaxjdKEvnc5I/s320/raden+inten+ii.png

Radin Inten II, putra dari Radin Inten Kesuma II, cucu dari Radin Inten I yang semuanya menantang Belanda, beliau dilahirkan tahun 1834 di desa Kuripan Marga Dantara (sekarang Penengaha Lampung Selatan) merupakan keturunan darah putih yang mempunyai pertalian erat dengan kerajaan banten 1.
Sejak muda, Radin Inten II sangat tidak menyenangi kehadiran kolonialis Belanda di daerah Lampung, Radin Inten II merupakan ratu sekaligus panglima perang dan ia pun merupakan seorang pemikir yang kuat.
Pada tahun 1850 dalam usia yang ke 16 tahun, Radin Inten II dinobatkan sebagai Ratu Lampung. Dan pada tahun 1851 pasukan Belanda dibawah pimpinan Kapten Yuch dengan 400 balatentara dan ditambah pasukan lainnya menyerang dan berusah merebut benteng pertahanan Radin Inten II yang berada di Merambung, namun usaha Belanda menemui kegagalan mereka dapat dihancurkan oleh pasukan Radin Inten II ini semakin mengobarkan semangat perjuangan Masyarakat Lampung, berkali-kali Belanda mengirimkan pasukan untuk menghancurkan Pasukan Radin Inten II namun tetap mengalami kegagalan.
Hinggga pada tahun1856, Belanda mengirimkan sebuah pasukan armada ke Lampung yang berkekuatan 9 buah kapal perang, 3 buah kapal pengangkut peralatan dan puluhan kapal mayang dan perahu jung. Ekspedisi ini dipimpin oleh Kolonel Welson dengan bantuan Mayor Nata, Mayor Van Ostade, Mayor A. W. Weitsel. Serangan besar-besaran pasukan Belanda ini dihadapi pasukan Radin Inten II dengan gerilya dan siasat perang sehingga membingungkan pasukan Belanda. Akhirnya Belanda menjalankan siasat licik dengan memperalat bawahan Radin Inten II, dengan demikian Belanda dapat menyergap Radin Inten II. Pada saat itu beliau sedang bertemu dengan bawahannya, hingga terjadi pertempuran yang sangat dasyat . Radin Inten II mengerahkan segala kemampuanya melawan serangan Belanda, namun karena jumlah dan persenjataan yang tidak seiimbang, Singa Lampung tersebut gugur pada tanggal 5 Oktober 1856 dalam usia yang ke 22 tahun.


4.      LAMBANG NEGARA
Description: http://media.vivanews.com/thumbs2/2010/01/25/84133_lambang_negara__garuda_pancasila_300_225.jpg

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958.

Deskripsi dan arti filosofi

Garuda
·         Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
·         Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
·         Garuda memiliki paruh, Penulisp, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.
·         Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:
o   17 helai bulu pada masing-masing Penulisp
o   8 helai bulu pada ekor
o   19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
o   45 helai bulu di leher


Perisai
v  Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
v  Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
v  Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merah-putih". Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.
v  Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:
v  Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam.
v  Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah.
v  Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih.
v  Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai berlatar merah.
v  Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.


Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Ø  Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam.
Ø  Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.





BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
a.       Bahwa nilai-nilai kepahlawanan dan kebangsaan saat ini ada indikasi terjadi penurunan atau pergeseran nilai di mata para generasi muda;
b.      Karena adanya penurunan atau pergeseran nilai-nialai kepahlawanan, para generasi muda pada umumnya kurang mengerti dan memahami arti kepahlawanan;
c.       Generasi muda banyak yang tidak mengetahui nama-nama pahlawan nasional, dan ebih mengenal para artis dalam maupun luar negeri;


2.      S A R A N
Karena adanya peburunan atau pergeseran nilai-nila kepahlawanan pada generasi muda, maka dipandang perlu peningkatan pengetahuan tentang kepahlawan dan kebangsaan melalui pendidikan pendahuluan bela negara secara terpadu dan berekensinambungan.